Kemarin
siang nonton filmnya mba Asma Nadia “Pesantren Impian”. Penasaran pengen
nyamain ceritanya dengan di Novel. Baca novelnya saya terkagum-kagum dengan ide
cerita yang dituangkan di buku itu. Salut saya dengan mba Asma Nadia bisa
menulis novel misteri seperti itu.
Saat mendengar novel itu akan
difilmkan saya sangat antusias dan tak sabar menunggu tayangannya di bioskop. Saya
bayangkan jika novel itu difilmkan akan sangat mengasyikan, seru...tegang
pastinya, dan yang bikin saya penasaran ingin tahu siapa saja tokoh-tokoh yang
cocok untuk berperan dalam cerita itu, keindahan alam Aceh dan lokasi Pesantren
yang luas dan nyaman sesuai yang diceritakan dalam novel itu.
Dalam novel tokoh utama yang di
ceritakan adalah si Gadis yang akhirnya meraih kebahagiaan menikah dengan Umar
sang pewaris Pesantren tersebut. Lalu ada tokoh Rini yang banyak juga memainkan
peran dalam novel itu. Di akhir cerita novel puncak konflik dimainkan Rini dan Pakliknya
begitu menegangkan. Lokasi penyelesaian konflik di laut dan karang yang terjal
membuat imajinasi saya berkhayal menikmati keindahan alam dan alur cerita
tersebut. Dan saya bayangkan betapa serunya momen itu jika diceritakan pula
dalam filmnya. Karena puncak cerita berada disitu.
Kenyataanya saya agak kecewa setelah
menonton filmnya, terlalu jauh alur ceritanya dibelokkan. Tokoh Eni yang dalam
novel tidak terlalu banyak berperan menjadi tokoh utama dalam film itu.
Pembunuhan yang diceritakan dalam novel hanya dilakukan pada 1 orang (tokoh Yanti) sedangkan di film
sampai memakan 5 korban. Yang saya heran kenapa alur cerita dibuat terlalu jauh
melenceng? Sayang sekali keseruan di novel tidak banyak diangkat dalam film
itu, padahal banyak tokoh menarik dalam novel itu. Hanya ketegangannya saja
yang mirip. Tidak seperti film Assalamu’alaikum Beijing alur cerita di novel
dan di film banyak kesamaannya. Saya faham mungkin untuk film harus ada
improvisasi lagi untuk menghasilkan karya yang lebih bagus, tetapi kalau bisa
improvisasinya jangan terlalu jauh.
Terlepas dari rasa kecewa karena
alur cerita melenceng jauh saya tetap menikmati film tersebut dan salut dengan tulisan-tulisan
mba Asma Nadia itu. Saya belum tentu bisa menghasilkan karya sebagus beliau. Ke
depannya saya berharap semoga novel-novel karya penulis anak bangsa bisa
difilmkan dengan alur cerita yang tidak jauh berbeda dengan kisah dalam bukunya.
Artikelnya keren sangat membantu.trim sob
BalasHapusPUISI CINTA
PUISI MERAYU
PUISI JATUH CINTA
PUISI KESEDIHAN
PUISI CINTA DITOLAK
GROSIR PERTAMINI SURABAYA
PUSAT PERTAMINI SURABAYA
Pusat Pertamini Murah Surabaya
Jual Pertamini Bensin Surabaya
Pusat Pom Mini Surabaya
Jual Pom Mini Surabaya Murah
Pertamini Digital Surabaya Murah
Agen Pertamini Surabaya
Jual Pertamini Di Surabaya
Agen Pertamini Surabaya