By : Rina MW
Ibu bekerja dan tidak bekerja selalu menjadi topik
yang hangat dibicarakan. Entah sudah berapa ratus kali saya membaca
postingan-postingan tentang masalah itu dan tentu saja isi postingan itu sering
menyudutkan para ibu yang bekerja diluar rumah. Sudah lama saya ingin menulis
tentang masalah ini, tetapi selalu saya batalkan karena saya takut tulisan saya
ini salah atau mendiskriditkan beberapa pihak. Akhirnya saya tidak tahan juga
untuk tidak menulis.
Temans kemarin sore unuk yang kesekian kalinya saya
membaca tentang keutamaan seorang Ibu yang tidak bekerja alias hanya menjadi
Ibu Rumah Tangga Sejati. Saya katakan sejati karena sepertinya masyarakat umum
menilai para wanita pekerja khususnya Ibu yang bekerja di luar rumah bukan
sebagai Ibu Rumah Tangga Sejati karena setiap hari meninggalkan
kewajiban-kewajiban utamanya sebagai Ibu dan Istri.
Jika ditanya kepada semua perempuan di dunia ini
manakah yang akan mereka pilih menjadi ibu rumah tangga sejati atau menjadi ibu
IRT sekaligus pekerja? Tentu semua inginnya memilih opsi pertama termasuk saya
sendiri. Siapa sih yang tidak ingin selalu mendampingi, menemani anak-anaknya
dirumah sepanjang hari? (terutama jika anaknya masih balita). Memperhatikan
tumbuh kembang anak dari hari ke hari, mendengarkan semua celotehannya yang
lucu dan menggemaskan. Menjadi teman curhat si abege yang galau jika anak-anak
kita mulai memasuki masa pubertas, memenuhi semua kebutuhan suami, melayani
suami tercinta dari melek sampai ke melek lagi. Aahhhh indahnyaa jika semua itu
bisa dilakukan perempuan di dunia ini. Lebih indah lagi jika kita sebagai istri
tinggal terima setoran yang sangat memadai dari suami tercinta, dicukupi dan
disejahterakan semua kebutuhan kita sebagai istri dan juga anak-anak lahir
bathinnya. Kita tidak usah pusing-pusing lagi cari duit untuk memenuhi semua
kebutuhan hidup yang tiada habisnya.
Mungkin sebagian berkata,”Saya begitu kok tiap hari,
suami saya mencukupi semua kebutuhan rumah tangga, dan saya dilarang
bekerja...cukup mengurus anak-anak dan suami saja.” Alhamdulillah, bersyukurlah
moms jika anda menjalani hidup yang begitu indah seperti itu. Tetapi
Bunda...tidak semua wanita seberuntung anda. Ada berjuta wanita diluar sana yang harus bekerja
keras membanting tulang demi memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya,
walaupun dia punya suami.
Terus terang kenapa saya menulis ini karena saya
termasuk Ibu Pekerja, dan saya sering agak tersinggung dengan
postingan-postingan menyudutkan itu. Saya sedih jika baca tulisan-tulisan atau
gambar-gambar yang membahas masalah Ibu Bekerja. Bukannya saya tidak mau
diingatkan atau tidak mau patuh terhadap perintah agama yang katanya seorang
wanita lebih utama di rumah, karena jika diluar rumah akan menimbulkan fitnah.
Itu betul, betuuulll sekali.
Dalam tulisan ini saya bukannya mau melakukan pembenaran
atau pembelaan diri, saya hanya ingin mengajak para pembaca untuk lebih berfikir
obyektif dan bijaksana dalam menilai orang lain yang tidak kita kenal dan tidak
kita ketahui kehidupan sehari-harinya. Orang yang kita kenal pun belum tentu
kita tahu keseharian mereka seperti apa, masalah-masalah yang dihadapi serumit
apa, kita hanya melihat sisi indahnya saja dari hidup orang lain.
Semua rumah tangga tentunya punya konsep masing-masing,
punya kesepakatan yang dibuat oleh para
suami istri tersebut dari sejak mereka mulai membangun rumah tangga dan tentunya
punya impian-impian besar yang sudah dirancang jauh-jauh hari,bahkan mungkin
sudah diprogramkan dari sebelum menikah. Tetapi ternyata hidup itu tidak
seindah yang direncanakan. Semua rumah
tangga pasti diawali dengan konsep-konsep dan rencana yang indah dan matang,
tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi dalam keberlangsungan hidup rumah
tangga kita. Idealisme bisa berubah karena situasi yang tidak memungkinkan
untuk tetap memegang prinsip itu.
Begitu pula dengan para Ibu-ibu pekerja tersebut.
Kita tidak tahu alasan yang melatar belakangi kenapa mereka harus bekerja? Mungkin
suaminya jatuh sakit yang permanen sehingga tidak bisa lagi mencari nafkah. Atau
mungkin juga suaminya tiba-tiba di PHK dan tidak mudah mencari pekerjaan baru
lagi otomatis istrilah yang harus maju untuk menopang kehidupan sehari-hari. Banyak
hal yang membuat para wanita harus bekerja di luar rumah demi menjaga dapur
tetap ngebul dan anak-anak bisa sekolah dengan lancar.
Terlepas dari semua itu sikap yang paling baik
adalah bahwa kita harus mensyukuri apa yang sudah kita terima selama ini, tidak
perlu ikut-ikutan orang lain menjudge bahwa para wanita bekerja itu melalaikan
kewajibannya. Dan jangan sekali-sekali kita yang sebagai Ibu Rumah Tangga
Sejati merasa sayalah yang paling baik, sayalah yang paling benar karena saya
tidak meninggalkan keluarga setiap harinya, sayalah istri dan ibu yang paling
idela. Beruntunglah kita bisa makan dengan enak setiap hari, bersyukur
anak-anak kita tumbuh dengan sehat dan normal, bersyukur memiliki suami yang
baik dan bertanggung jawab. Bersyukur diberi keluasan rezeki. Bersyukur untuk
hal apapun yang kita peroleh selama ini.
Komentar
Posting Komentar