Perawatan Anak Penderita Bibir Sumbing
“Without my kids my house would be clean, my wallet
would be full but my heart would be empty”.
Kalimat diatas pasti sudah tidak asing lagi buat
kita semua, yaaa kalimat itu saya ambil dari DP BBM salah seorang teman saya.
Betul sekali apa yang dikatakan quotes diatas tersebut, apalah artinya hidup
kita...kerja keras kita, rumah yang nyaman, uang yang banyak jika rumah kita
kosong tak ada anak-anak. Anak-anak penghias rumah kita penghangat hidup kita.
Segala upaya akan kita lakukan untuk kenyamanan hidup anak-anak kita. Belum
sempurna rasanya jika sebuah rumah tangga belum ada anak-anak lahir di
tengah-tengah kita.
Anak memang hadiah terindah bagi pasangan suami
istri. Tetapi harus diingat pula bahwa anak pun adalah ujian buat para orang
tua, karena mereka adalah hanya titipan dari Allah SWT. Saya ingat kata-kata
seorang ustazah bahwa anak bisa menjadi derita, ujian bagi orang tuanya. Hal
itu yang sering dilupakan banyak orang. Terutama bagi para ibu yang
mengandungnya. Mulai dari masa ngidam, melahirkan, menyusui, merawatnya
sehari-hari bukanlah perkara yang mudah dan ringan. Masa-masa ngidam yang berat
dan penuh penderitaan akan menjadi peristiwa yang indah dan penuh pahala jika
kita menjalaninya dengan ihlas. Melahirkan adalah perjuangan seorang perempuan
yang sangat luar biasa, mempertaruhkan nyawa demi kelahiran si buah hati yang
sudah di nanti-nanti. akan terasa makin lengkaplah hidupnya
jika sudah mempunyai anak. Tetapi tidak semua pasangan suami istri dikaruniai
anak. Beruntunglah bagi kita yang sudah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT
untuk menerima titipanNya.
Tetapi dalam perjalananya, tidak semua keinginan manusia
itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Anak yang Allah titipkan pada kita pun
belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Bagi pasangan muda yang sedang
menantikan buah hati biasanya punya rencana kalau anak pertama pengennya
laki-laki dengan alasan…bla…bla…bla…atau banyak juga pasangan suami istri yang
menginginkan anak pertamanya perempuan….karena kalau anak perempuan….bla…bla,,,bla….
Siapa yang menginginkan punya anak sehat, terlahir
sempurna, cantik atau ganteng seperti ayah atau ibunya….?? Tentu semua orang
inginnya begitu. Tetapi bagaimana jika anak yang lahir ternyata diluar dugaan
kita. Allah mentakdirkan anak yang kita lahirkan sedikit berbeda dari anak-anak
lain pada umumnya. Dengan kata lain anak yang lahir ada sedikit kelainan,
kekurangan atau mungkin cacat. Ada yang cacat sementara dan bisa dikoreksi
dengan operasi banyak juga yang cacat permanen yang tidak bisa diperbaiki
dengan cara apapun.
Lantas apa yang akan
kita lakukan sebagai orangtua jika dikaruniai anak seperti itu ? Menangis
meraung-raung kah ? menyesali ? Mengumpat ? Atau kita tidak mau mengakui dan
ingin membuangnya ?
Banyak jalan menuju Roma kawan….hidup belum berakhir jika
kita diberi ujian seperti itu dari Yang Maha Kuasa. Jika kita diberi titipan
anak yang “diluar dugaan” kita tentu saja langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah beristighfar dan merenung apa penyebabnya.
Setelah itu kita langsung berpikir dan bertindak
bagaimana cara merawat anak ini supaya tumbuh kembangnya tidak berbeda dengan
anak-anak lain, tentu saja mencari jalan
dan konsultasi dengan dokter spesialis yang sesuai dengan kasus anak kita ini.
Dalam buku ini akan dikhususkan bagaimana cara merawat
anak yang terlahir dengan kondisi bibir celah (sumbing). Memang kasus bibir
sumbing sudah bukan lagi menjadi kasus yang aneh, ribuan bahkan jutaan mungkin
orang yang menderita bibir sumbing. Tetapi tentu kita tidak ingin seperti
kebanyakan orang-orang yang membiarkan apa adanya anak kita yang kebetulan
terlahir dengan bibir sumbing tumbuh kembang seadanya saja.
Hal lain adalah, masih banyak masyarakat yang belum tahu
apa siiiiih penyebab bayi terlahir sumbing ? ini adalah hal yang sangat penting
diketahui supaya para orang tua dan calon orang tua bisa menghindari atau
meminimalisir resiko bayi lahir sumbing.
Berbagai penyebab kenapa bayi bisa lahir sumbing akan
dibahas di bab selanjutnya. Lalu setelah itu apalagi yang harus kita lakukan…??
Jangan lupa…hal pertama yang harus ditangani adalah mental ibu si bayi. Wanita
yang baru melahirkan emosinya belumlah bisa stabil seperti sebelum hamil. Perlu
kerjasama yang baik antara suami istri dalm hal ini. Sang ayah pun sudah pasti
akan terguncang juga melihat kenyataan bahwa anaknya terlahir sumbing.
Merawat anak yang sedikit berbeda dengan anak-anak lain
bukanlah perkara yang mudah. Perlu keluasan jiwa untuk menerima takdir,
berbesar hati, selalu optimis dan percaya diri yang tidak boleh hilang.
Dukungan suami dan keluarga besar adalah hal yang sangat membantu meringankan
si ibu dalam merawat anak tersebut. Kepasrahan kepada yang Maha Kuasa itu
adalah obat yang paling mujarab dalam menjalani hari-hari untuk merawat anak
kita.
Memperbanyak baca buku, mencari literatur, konsultasi ke
dokter, diskusi dengan para orang tua yang mempunyai kasus yang sama, juga
sangat membantu kita untuk segera memulihkan emosi kita yang sedikit terguncang
dengan kelahiran anak yang sedikit berbeda itu.
Tulisan ini dibuat salah satu
alasannya adalah ingin berbagi sedikit pengalaman dan informasi bagaimana
menangani dan merawat anak yang terlahir dengan bibir sumbing. Informasi ini
saya kutip dari berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah bibir sumbing
(bibir celah dalam istilah medisnya). Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.
Apa itu
celah bibir (cleft lip) dan celah langit-langit (cleft palate)?
Celah bibir dan celah langit-langit terjadi bila bibir
atau langit-langit mulut pada bayi tidak menyatu bersama, sehingga terjadi
belahan pada langit-langit mulut (cleft palate) atau/dan terjadi belahan pada
bibir atas atau sumbing (cleft lip). Bisa terjadi pada 1 sisi saja (unilateral)
atau pada dua sisi (bilateral cleft lip/palate).
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang
memiliki prevalensi cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki
beberapa tingkantan kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya. Bila
hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum
atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi. Cacat
bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak
terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu
pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal
kekurangan zat besi, obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing
sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan
kehamilan yang baik serta gizi yang buruk. Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan
mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap ASI, terutama jika
kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari ibu harus
dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang
besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak
sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak,
sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan
katup epiglottis (katup penghubung mulut dengan kerongkongan) mesti dirangsang
dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur. Bibir sumbing juga
menyebabkan mudah
terjadinya infeksi di rongga hidung, tenggorokan, tuba
eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya
terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah
sumbingnya.
1. Kegagalan
penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio
pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena
kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama
kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis
tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa
kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan
komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Klasifikasi
a. Berdasarkan organ yang terlibat
· Celah bibir
(labioscizis) : celah terdapat pada bibir bagian atas
· Celah gusi
(gnatoscizis) : celah terdapat pada gusi gigi bagian atas
· Celah palatum (palatoscizis) : celah terdapat
pada palatum
b. Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
· Komplit : jika
celah melebar sampai ke dasar hidung
· Inkomplit :
jika celah tidak melebar sampai ke dasar hidung
c. Berdasarkan letak celah
· Unilateral :
celah terjadi hanya pada satu sisi bibir
· Bilateral :
celah terjadi pada kedua sisi bibir
· Midline : celah
terjadi pada tengah bibir
Ada beberapa etiologi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan Labio
palatoschizis, antara lain:
1. Faktor Genetik
Merupakan penyebab beberapa palatoschizis, tetapi tidak dapat ditentukan
dengan pasti karena berkaitan dengan gen kedua orang tua. Diseluruh dunia
ditemukan hampir 25 – 30 % penderita labio palatoscizhis terjadi karena faktor
herediter. Faktor dominan dan resesif dalam gen merupakan manifestasi genetik
yang menyebabkan terjadinya labio palatoschizis. Faktor genetik yang
menyebabkan celah bibir dan palatum merupakan manifestasi yang kurang potensial
dalam penyatuan beberapa bagian kontak.
2. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional,
baik kualitas maupun kuantitas (Gangguan sirkulasi foto maternal).
Zat –zat yang berpengaruh adalah:
· Asam folat
· Vitamin C
· Zn
Apabila pada kehamilan, ibu
kurang mengkonsumsi asam folat, vitamin C dan Zn dapat berpengaruh pada janin.
Karena zat - zat tersebut dibutuhkan dalam tumbuh kembang organ selama masa
embrional. Selain itu gangguan sirkulasi foto maternal juga berpengaruh
terhadap tumbuh kembang organ selama masa embrional.
3. Pengaruh obat teratogenik.Yang termasuk obat teratogenik adalah:
Ø Jamu
Mengkonsumsi jamu pada waktu
kehamilan dapat berpengaruh pada janin, terutama terjadinya labio
palatoschizis. Akan tetapi jenis jamu apa yang menyebabkan kelainan kongenital
ini masih belum jelas. Masih ada penelitian lebih lanjut
Ø Kontrasepsi hormonal
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi kontrasepsi hormonal, terutama untuk
hormon estrogen yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga
berpengaruh pada janin, karena akan terjadi gangguan sirkulasi fotomaternal.
Ø Obat – obatan yang dapat menyebabkan kelainan kongenital terutama labio palatoschizis. Obat – obatan itu antara lain :
· Talidomid, diazepam (obat – obat penenang)
· Aspirin (Obat – obat analgetika)
· Kosmetika yang mengandung merkuri & timah hitam (cream
pemutih). Sehingga penggunaan obat pada ibu hamil harus dengan pengawasan
dokter.
4. Faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan Labio
palatoschizis, yaitu:
v Zat kimia (rokok dan alkohol)
Pada ibu hamil yang masih mengkonsumsi rokok dan alkohol dapat berakibat
terjadi kelainan kongenital karena zat toksik yang terkandung pada rokok dan
alkohol yang dapat mengganggu pertumbuhan organ selama masa embrional.
v Gangguan metabolik
Untuk ibu hamil yang mempunyai penyakit diabetes sangat rentan terjadi kelainan kongenital, karena dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi fetomaternal. Kadar gula dalam darah yang tinggi dapat
berpengaruh pada tumbuh kembang
organ selama masa embrional.
v Penyinaran radioaktif
Untuk ibu hamil pada trimester pertama tidak dianjurkan terapi penyinaran
radioaktif, karena radiasi dari terapi tersebut dapat mengganggu proses
tumbuh kembang organ selama masa embrional.
5. Infeksi, khususnya virus (toxoplasma) dan klamidial . Ibu hamil yang
terinfeksi virus (toxoplasma) berpengaruh pada janin sehingga dapat berpengaruh
terjadinya kelainan kongenital terutama labio palatoschizis.
Dari
beberapa faktor tersebit diatas dapat meningkatkan terjadinya Labio
palatoshizis, tetapi tergantung dari frekuensi dari frekuensi pemakaian, lama
pemakaian, dan wktu pemakaian.
Manifestasi
klinis
a) Tampak ada celah
b) Adanya rongga pada hidung
c) Distorsi hidung
d) Kesukaran dalam menghisap atau makan
perawatan bayi
baru lahir hingga setelah operasi I
1.
Penatalaksanaan Medis
Tindakan operasi
dengan beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasty
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy
1. Penjelasan kepada orangtuanya
2. Umur 3 bulan (rule over ten) : Operasi bibir dan alanasi(hidung), evaluasi telinga.
3. Umur 10-12 bulan : Qperasi palato/celah langit-langit, evaluasi pendengaran dan telinga.
4. Umur 1-4 tahun : Evaluasi bicara, speech theraphist setelah 3 bulan pasca operasi
5. Umur 4 tahun : Dipertimbangkan repalatoraphy atau/dan Pharyngoplasty
6. Umur 6 tahun : Evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
7. Umur 9-10 tahun : Alveolar bone graft (penambahan tulang pada celah gusi)
8. Umur 12-13 tahun : Final touch, perbaikan-perbaikan bila diperlukan.
9. Umur 17 tahun : Evaluasi tulang-tulang muka, bila diperlukan advancementosteotomy
2.
Pentalaksanaan Keperawatan
a. Perawatan
Pra-Operasi:
Ø Fasilitas
penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
-
Bantu
orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
-
Dorong
orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
-
Diskusikan
tentang pembedahan
-
Berikan
informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
-
Tunjukkan
sikap penerimaan terhadap bayi.
Ø Tingkatkan
dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
-
Fasilitasi
menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor
atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
-
Tempatkan
bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
-
Arahkan
cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
-
Sendawkan
bayi dengan sering selama pemberian makan
-
Kaji respon
bayi terhadap pemberian susu.
-
Akhiri
pemberian susu dengan air.
Ø Tingkatkan
dan pertahankan kepatenan jalan nafas
-
Pantau
status pernafasan
-
Posisikan
bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
-
Letakkan
selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan
Pasca-Operasi
Ø Tingkatkan
asupan cairan dan nutrisi yang adequate
-
Berikan
makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
-
Lanjutkan
dengan makanan formula sesuai toleransi.
-
Lanjutkan
dengan diet lunak
-
Sendawakan
bayi selama pemberian makanan.
Ø Tingkatkan
penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
-
Bersihkan
garis sutura dengan hati-hati
-
Oleskan salep
antibiotik pada garis sutura
-
Bilas mulut
dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
-
Hindari
memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah
terjadinya aspirasi.
-
Pantau
tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
-
Pantau
tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
-
Perhatikan
pendarahan, edema, drainage.
-
Monitor
keutuhan jaringan kulit
-
Perhatikan
posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril
PENANGANAN
PADA ANAK DENGAN BIBIR SUMBING
Periode penting dalam tumbuh kembang
anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran
emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial
sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya.
Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan
kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan
psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada
diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran
waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam
kehidupan anak menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ
dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk
beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal
dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan
kreativitas.
Bibir sumbing tergolong
cacat bawaan, tapi bisa diperbaiki mendekati normal. Yang penting lagi, anak
harus disiapkan secara mental tentang kekurangannya.
Patofisiologi
Sampai saat ini, beberapa ahli mengungkapkan bahwa
penyebab utama terjadinya bibir sumbing belum diketahui pasti. Faktor-faktor
yang dapat menimbulkan bibir sumbing antara lain faktor genetik atau keturunan.
Faktor ini diduga sangat kuat, mungkin salah satu orang tuanya atau keduanya
membawa sifat sehingga timbul cacat bibir sumbing, sebagaimana halnya
penyakit-penyakit bawaan yang lain. Kalau orang tuanya tak ada bibir sumbing
mungkin nenek atau buyutnya, jadi garis turunan ke atasnya. Namun begitu faktor
keturunan sebaiknya jangan dipersoalkan, sebab bisa menimbulkan masalah antara
suami dan isteri. Bisa saling salah menyalahkan. hendaknya lebih menekankan
pada penanganan atau terapinya. Sebagai umat beragama lebih bijaksana dengan
menerimanya dan berusaha menangani sebaik mungkin dengan menyerahkan kepada
ahlinya.
Berikutnya, faktor lingkungan antara lain; adanya
infeksi yang disebabkan virus Rubella/campak sewaktu ibu hamil muda. Kemudian,
akibat teratogen; zat kimia yang menimbulkan kelainan perkembangan embrio jika
diberikan selama kehamilan, semisal hydantoin, trimethadione, valporate, dan
lain-lain. Lalu nutrisi, salah satunya adalah defisiensi atau kekurangan asam
fosfat. Begitu pula obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil, seperti untuk
menenangkan pasien sewaktu hamil muda. Sedangkan jamu-jamuan sampai sekarang
belum diselidiki pengaruhnya. Bisa juga karena radiasi akibat reaksi berantai,
seperti bom atom.
Faktor selanjutnya adalah
multifaktor, adanya interaksi antara faktor lingkungan dan genetic.
Hasil Penelitian lain mengungkapkan
bahwa penyebab utama bibir sumbing karena kekurangan seng dan karena
menikah/kawin dengan saudara/kerabat. Bagi tubuh, seng sangat dibutuhkan enzim
tubuh. Walau yang diperlukan sedikit, tapi jika kekurangan berbahaya.
Sumber makanan yang mengandung seng
antara lain : daging, sayur sayuran dan air. Di NTT airnya bahkan tidak
mengandung seng sama sekali. Soal kawin antara kerabat atau saudara memang
menjadi pemicu munculnya penyakit generatif, (keterununan) yang sebelumnya
resesif. Kekurangan gizi lainya seperti kekurangan vit B6 dan B complek.
Infeksi pada janin pada usia kehamilan muda, dan salah minum obat obatan/jamu
juga bisa menyebabkan bibir sumbing.
Proses terjadinya labio palatoshcizis
yaitu ketika kehamilan trimester I dimana terjadinya gangguan oleh karena
beberapa penyakit seperti virus. Pada trimester I terjadi proses perkembangan
pembentukan berbagai organ tubuh dan pada saat itu terjadi kegagalan dalam
penyatuan atau pembentukan jaringan lunak atau tulang selama fase embrio.
Yang jelas, secara fisik bibir sumbing akan
mempengaruhi fungsi bibir tersebut. Pada bayi, fungsi bibir adalah untuk
mengisap atau menyusu. Jadi, dengan adanya bibir sumbing maka fungsi mengisap
akan berkurang. Dikhawatirkan intake makanan akan berkurang, yang akan
mempengaruhi status gizinya.
Selain itu, fungsi bibir untuk membentuk bunyi. Dengan
adanya bibir sumbing, pengeluaran beberapa huruf akan terganggu, umpamanya
huruf "m", "p", "b". Bahkan, bibir sumbing pun
bisa mengakibatkan suara menjadi sengau. Hal itu akibat adanya kebocoran aliran
udara, sebagian ke mulut dan sebagian bocor ke rongga hidung. Tapi, ini hanya
terjadi pada langit-langit sumbing.
Dipandang dari segi kejiwaan, bila
bibir sumbing dibiarkan atau tidak dilakukan penanganan/operasi, maka akan
menimbulkan rasa rendah diri atau minder pada si penderita. Apalagi saat si
anak memasuki usia sekolah dan seterusnya. Ini akan mengurangi rasa percaya
diri, sehingga ia kurang produktif, dan akan menghambat karirnya di
masyarakat,.
Upaya pencegahan bibir sumbing pada bayi yang akan
dilahirkan, secara teori dapat dilakukan dengan terapi genetik. Tapi secara
praktek belum dapat dilaksanakan. Sebetulnya dalam usia kehamilan lewat 6 bulan
cacat bibir sumbing sudah dapat dideteksi. Secara teori, penanganan atau
operasi intra uterine dapat dilakukan dengan segala kerumitannya. Diharapkan
hasil operasinya akan bagus sekali. Sayang, dalam praktek belum dapat
diterapkan karena tingkat kerumitan dan risikonya sangat tinggi.
Dengan demikian pencegahan baru dilakukan pada tahap
genetic counselling, berupa penerangan kepada pasangan yang akan membentuk
rumah tangga. Inipun baru dalam tahap anjuran. Sampai saat ini pemeriksaan
genetik memang dilakukan dengan konseling, meneliti sejauh mana turunan ke
atasnya, karena itu akan memungkinkan terjadinya cacat bawaan yang kita pun tak
bisa tahu. Jadi, lebih untuk kesiapan mental bila suatu kemungkinan terjadi. Di
sini konseling belum memasyarakat, tak seperti di luar negeri yang sudah biasa.
Sedangkan terapi penanganannya hanya bisa dilakukan
dengan cara operasi. Kendati, tak seluruh wilayah Indonesia memiliki kemampuan
dan fasilitas sama untuk melakukan operasi bibir sumbing. Fasilitas yang ada
sekarang tak sebanding dengan jumlah penderita.Jadi, misalnya dilahirkan seribu
pasien bibir sumbing, yang dapat ditangani kurang lebih 300-400 setahun. Tahun
depan begitu lagi, sehingga banyak di masyarakat terutama di daerah yang jauh
dari jangkauan fasilitas yang memadai untuk yang sulit dilakukan operasi bibir
sumbing.
Tujuan operasi, untuk membuat bibir sumbing jadi
nearly normal looking. Tentu sebagai manusia biasa dokter berusaha semaksimal
mungkin, tapi tentu saja tidak akan dapat menyamai kesempurnaan ciptaan Sang Pencipta.
Untuk berusaha mendekati yang normal pun banyak kendalanya. Misalnya, bila
dioperasi pada waktu bayi biasanya luka operasinya atau parutnya makin tidak
jelas atau tipis. Sedangkan bentuknya diusahakan mendekati normal, baik bibir,
hidung, ataupun secara keseluruhan. Baik dalam posisi diam atau sewaktu bibir
bergerak, berbicara, tersenyum, bersiul dan lain-lain.Tapi, tentu saja tujuan
utamanya lebih pada mengembalikan fungsi, selain sisi estetik dan kosmetik.
Penatalaksanaan tergantung pada
kecacatan. Prioritas pertama antara lain pada tekhnik pemberian nutrisi yang
adekuat untuk mencegah komplikasi, fasilitas pertumbuhan dan perkembangan.
Penanganan : bedah plastik yang
bertujuan menutupi kelainan, mencegah kelainan, meningkatkantumbuh kembang
anak. Labio plasty dilakukan apabila sudah tercapai ”rules of overten” yaitu :
umur diatas 10 minggu, BB diatas 10 ponds (± 5 kg), tidak ada infeksi mulut,
saluran pernafasan unutk mendapatkan bibir dan hidung yang baik, koreksi hidung
dilakukan pada operasi yang pertama. Palato plasty dilakukan pada umur 12-18
bulan, pada usia 15 tahun dilakukan terapi dengan koreksi-koreksi bedah
plastik. Pada usia 7-8 tahun dilakukan ”bone skingraft”, dan koreksi dengan
flap pharing. Bila terlalu awal sulit karena rongga mulut kecil.
Terlambat, proses bicara terganggu, tidak lanjutnya adalah pengaturan diet.
Diet minum susu sesuai dengan kebutuhan klien.
Konsep
Tumbuh Kembang, Bermain, Nutrisi dan Dampak Hospitalisasi.
Dibawah ini akan diuraikan mengenai
konsep tumbuh kembang, bermain, nutrisi dan dampak hospitalisasi pada anak yang
berumur 5 tahun.
1. Pertumbuhan.
Menurut Whalley dan Wong (2000),
mengemukakan pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah dan ukuran, hal ini
merupakan suatu proses yang alamiah yang terjadi pada setiap individu.
Sedangkan Marlow (1998) mengemukakan
pertumbuhan sebagai suatu peningkatan ukuran tubuh yang dapat diukur dengan
meter atau sentimeter untuk tinggi badan dan kilogram atau gram untuk berat
badan. Pertumbuhan pada anak usia 5 tahun pertumbuhan fisik khususnya berat
badan mengalami kenaikan rata-rata per tahunnya adalah 2 Kg, kelihatan kurus
akan tetapi aktifitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh mencapai kematangan
seperti berjalan, melompat, dan lain-lain.
Pada pertumbuhan khususnya ukuran
tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 sampai 7,5 cm setiap tahunnya
(Hidayat, 2006).
2.
Perkembangan
Perkembangan menitikberatkan pada
perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks yang melalui maturasi dan pembelajaran.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak diantaranya faktor herediter, faktor lingkungan,
dan faktor internal. Perkembangan psikoseksual, anak pada fase falik (3-6 tahun),
selama fase ini genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang
sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin, seringkali
anak merasa penasaran dengan pertanyaan yang diajukannya. Dengan perbedaan ini
anak sering meniru ibu atau bapaknya untuk memahami identitas gender (Freud).
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana anak pada
umumnya mengalami kesulitan untuk makan.
Proses eliminasi pada anak sudah
menunjukkan proses kemandirian dan masa ini adalah masa dimana perkembangan
kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri
untuk memasuki sekolah yang terlihat sekali kemampuan anak belum mampu menilai
sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tuanya (Hidayat, 2006).
3.
Nutrisi.
Nutrisi sangat penting untuk tumbuh
dan berembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang,
dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya. Kebutuhan cairan pada
anak usia 5 tahun yaitu 1600-1800cc/24 jam (Hidayat, 2006). Kebutuhan
kalorinya adalah 85 kkal per kg BB.
Pada masa prasekolah kemampuan
kemandirian dalam pemenuha kebutuhan nutrisi sudah mulai muncul, sehingga
segala peralatan yang berhubungan dengan makanan seperti garpu, piring, sendok
dan gelas semuanya harus dijalaskan pada anak atau doperkenalkan dan dilatih
dalam penggunaannya, sehingga dapat mengikuti aturan yang ada.
Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada usia ini sebaiknya penyediaan bervariasi menunya untuk mencegah kebosanan,
berikan susu dan makanan yang dianjurkan antara lain daging, sup, sayuran dan
buah-buahan.
4.
Bermain
Bermain merupakan suatu aktifitas
dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan
ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan
dan berprilaku dewasa.
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai
mampu mengembangkan kreatifitas dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan
permainan yang dapat mengembangakan kemampuan menyamakan dan membedakan,
kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas,
mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik
kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan dan
memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong.
Sehingga jenis permainan yang dapat
digunakan pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar,
majalah anak-anak, alat-alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan
air.
5.
Dampak
Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu
poroses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya sampai kembali kerumah.
Selama proses tersebut, anak dan
orang tua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian
ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress.
Perawatan anak dirumah sakit memaksa
anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakan amat, penuh kasih sayang,
dan menanyakan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainannya.
Reaksi terhadap perpisahan dengan menolak makan, sering bertanya, menangis
walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan.
Perawatan dirumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya,
anak merasa kehilangan kekuatan diri, malu, bersalah, atau takut.anak akan
bereaksi agresif dengan marah dan berontak, tidak mau bekerjasama dengan
perawat.
Dikutip dari berbagai sumber
Dikutip dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar